Tangerang | Wolindonesia.id – Pekerjaan Aspal Hotmix Jalan Kampung Babat RT 05, RW 02, Desa Babat, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yang baru dikerjakan beberapa hari kemarin, dikritik oleh sejumlah kalangan. Bahkan kualitasnya sangat diragukan karena hasilnya tidak sesuai standar layaknya sebuah pekerjaan pengaspalan hotmix, Pihak Ketiga CV Mahendra Utama Raya yang mengerjakan dengan anggaran Kecamatan Legok sebesar Rp. 99.650.000,- tidak dijelaskan volume yang dikerjakan.
Menurut pekerja yang enggan disebutkan namanya berujar “saya tidak tahu pak pelaksananya siapa!, ini sengaja kita lebihkan lebarnya karena lihatnya gak enak kalo gak semua diaspal”.
Riyan Kadhafi sebagai Aktivis Lingkungan dan Kemasyarakatan mengucapkan. “Benar pekerjaan proyek Hotmix tidak sesuai SOP dan RAB dan asal-asalan demi keuntungan pribadi.” Ucap Riyan atau RK.
Faktanya berdasarkan pengamatan berbagai aktivis dan LSM, baru-baru ini dilapangan, tampak di beberapa titik di badan jalan yang diaspal, tidak merata dibeberapa titik tipis dan tidak akan bertahan lama, keinginan masyarakat pasti jalan bisa dipergunakan selama mungkin bisa dikatakan seumur jagung nanti sudah terkelupas dan hancur, rusaknya pekerjaan tersebut akibat dari beberapa faktor Aspal yang kwalitas rendah, pekerjaan yang tidak baik dan pengurangan volume bahan material.
“Kurang mulusnya pengerjaannya, tidak hanya tampak secara kasat mata, tetapi juga dirasakan saat berkendara. Padahal sebuah pekerjaan jalan hotmix, seharusnya membuat pengendara semakin nyaman untuk melintas.” tandas Riyan.
Ketua Harian LSM Pakar Nusantara Om Bim, menyatakan keraguannya soal kualitas pengaspalan hotmix dilingkungan warga Desa Babat ia melihat penimpahan aspal diatas Udith tidak ditimpah aspal karena Udith nantinya bisa di buka pasang bila terjadi penyumbatan saluran air bukan ditutup dan gelaran Aspal dibawah 5 Centimeter selebihnya itu merupakan hamparan split.
Menurut Om Bim, sepertinya pekerjaan pengaspalan itu dilaksanakan tanpa persiapan yang memadai, dikerjakan dalam hitungan jam dari jam 2 Siang sampai jam 6 sore seperti dikejar-kejar setan.
“Sebelum pelapisan, seharusnya didahului dengan perbaikan lapis aspal lama, seperti perbaikan lubang-lubang, ketidakrataan (patching), perbaikan/ pelurusan kembali beton kerb di tepi median,” ujarnya.
Dikatakan sebelum pelaburan tackcoat, seharusnya dilakukan penyemprotan debu-debu sehingga kemungkinan permukaan lapisan aspal lama yang lemah atau rusak, akan terkelupas.
“Dan lebih parahnya dilapangkan tidak adanya pelaksana dan pengawasan dari pihak kecamatan Legok, K3 tidak dipergunakan ada yang menggunakan sendal jepit dan sisi-sisi aspal ditekan-tekan hanya dengan sebuah batu bukan dengan alat stemper atau Baby Roller Hotmix, hal tersebut menandakan bahwa pihak pelaksana atau pihak pemborong tidak ahli dalam bidangnya.
Fadli